Tuesday, September 22, 2015

[Tv Seri]Romance Three Kingdoms 2010

Waktu menulis Soaring Phoenix, saya riset mengenai Jingzhou, tapi malah menemukan playlist RTK2010 di youtube. Menontonnya cukup menghibur, semua adegan-adegan dipersingkat dan diringkas dengan cukup sesuai dengan karangan Lou Guanzhong. Ada beberapa perbedaan seperti Lu Meng yang di novelnya dikisahkan sedikit pengecut (strategi merebut Jingzhou itu dari otak Lu Xun), di film ini lebih bisa diandalkan. Tokoh Cao Cao di film ini jadi lebih menarik (rasa-rasanya semua tokoh Cao Cao di film RTK selalu mengesankan walaupun tetap bermain sebagai villain role). Lu Bu nya monyong dan kelihatan bengal (seenggaknya bukan miniatur lagi seperti tv seri sebelumnya). Diao Chan nya kalah cantik dengan anaknya Cao Cao. Tapi saya belum lihat aksi Zhuge Liang nih di sini, mungkin nanti akan saya update setelah nonton Chibi dan North Campaign. Sima Yi sangat menarik, karena relasi dia dengan Cao Pi yang cukup kuat.

Berhubung ada beberapa scene yang gak berani saya tonton (terutama scene kematian Guan Yu, karena buat saya terlalu tragis (maklum, fans)), jadi dari seluruh scene yang sudah saya tonton, saya menarik kesimpulan kalau penulis naskah film ini sangat pandai menggambarkan manusia rakus, tamak, egois, dan ga tau malu. Beberapa adegan berhasil membuat saya meneteskan air mata seperti pada saat Cao Cao membunuh Lu Boshe, kemudian adegan Cao Zhi membuat puisi tentang "brotherhood", dan kematian three brothers of Shu-han.

Scene bagus lainnya yang saya catat: Reaksi Liu Bei waktu Lady Sun meninggalkan dia sangat dalam (kayaknya sempet terharu juga di adegan ini). Pada waktu Cao Pi difitnah bersekongkol untuk membunuh Cao Cao itu juga adegan yang sangat kuat. Anehnya begini, di seluruh saga tersebut, tokoh yang paling saya benci selain Dong Zhuo (kayaknya ga ada yang suka sama dia deh) adalah Cao Pi. Saya adalah pembenci Cao Pi nomer satu, dan buat saya, dia benar-benar tokoh yang kejam sekaligus licik (biasanya yang lain itu kejam tapi tak berotak). Tapi pada adegan tersebut, simpati saya terhadap Cao Pi begitu kuat, saya merasa senang sekali waktu Cao Cao meletakkan biji hitam ke tujuh.

Kekurangan dari film ini, sepertinya penulis cerita kurang pandai menyajikan adegan debat. Adegan persuasi yang harusnya menarik, malah jadi membosankan dan tidak sengetroll di novelnya. Pada episode kematian Wang Lang, si aktor cengengesan seperti kera sakti dan tau2 menyemburkan darah dan mati. Trolling level, 1/5 stars. Kalau dibandingkan tv seri yang terdahulu, trolling levelnya benar-benar seru. Sekalipun terjemahan bahasa inggrisnya di youtube katanya ngaco, tapi masih dapet efek pawned nya. Selain itu, semakin ke belakang, sepertinya kualitas film tidak sebagus awal episode dimana tokoh Cao Cao masih hidup. Sungguh disayangkan.

Bila anda ingin menonton Romance Three Kingdoms 2010, silakan klik link ini

Berikut adalah daftar tokoh pemeran dalam tv seri ini :

Chen Jianbin as Cao Cao 
Yu Hewei as Liu Bei
 Chen Jianbin sangat pas memerankan tokoh ini. Saya suka sekali waktu ada tokoh dalam film yang mengancam dia dengan ancaman serius dalam lingkup hidup-mati, dan dia merespon dengan tawa.




Akting Yu Hewei lebih seperti memerankan psikopat berdarah dingin yang mengintai mangsa di sudut tak terduga. Dia sukses membawakan Liu Bei yang mengerikan.
Lu Yi as Zhuge Liang

Kang Kai as Zhang Fei
Belum sempat lihat episode-episode penting Zhuge Liang, tapi kalau dilihat dari tampangnya, akting Lu Yi lebih dingin dan kurang ngetroll.


Waktu melihat Zhang Fei di film ini, saya tidak bisa berpaling dari matanya. Mata besar bulat dan cantik itu ... memberi ilusi bahwa dia sesungguhnya lebih lembut dari seorang pria gempal berbahasa kasar bernama Kang Kai.






Yu Rongguang as Guan Yu
Sebelum tahu tv seri ini, saya pernah iseng ngelist aktor-aktor tiongkok untuk memerankan San Guo, dan saya mencalonkan Yu Rongguang sebagai Guan Yu (selain Donnie Yen). Akting dia dalam film ini cukup sesuai, di masa muda Guan Yu cukup bijak, tapi di masa tua dia jadi sangat arogan. Mungkin karena pengaruh usia dan dia tidak rela kehilangan masa muda yang gemilang. 






Nie Yuan as Zhao Yun
 Menurut seleraku, Nie Yuan cocok memerankan versi feminim dari Zhao Yun.


Saya ga tau aktor ini salah makan apa sebelum syuting. Mungkin dia ingin menggambarkan seorang berkepala dingin, tapi saking dinginnya sampai-sampai kukira hantu. Ni Dahong berakting bagus.



Ni Dahong as Sima Yi
















Dan inilah Yu Bin, yang memerankan tokoh paling kubenci di San Guo.... 

Yubin as Cao Pi ... wait!!






Yu Bin as Cao Pi




... tunggu dulu ....







Yu Bin memerankan Cao Pi dengan baik, walau saya berharap dia bisa sedikit lebih "rubah" dengan memasang sedikit senyum percaya diri dalam aksi-aksinya menguasai dunia Tiongkok.





Peter Ho as Lu Bu




Pretty boy ini lumayan badass dan bengal waktu memerankan Lu Bu. Nilai plus untuk bibir manyunnya sepanjang penampilan karena menambah kesan bodoh, sesuai dengan ciri khas si "bastard of three fathers". Serius deh, anda harus melihat reaksinya di film waktu pertama kali diejek demikian oleh Zhang Fei. Priceless!!












Zhang Bo as Sun Quan
Sha Yi as Sun Ce
Saya kurang puas terhadap akting Zhang Bo memerankan Sun Quan di sini. Bayangan saya, Sun Quan itu temperamen, waktu dihina Guan Yu saya membayangkan dia emosi, bukan tertawa seperti itu. Dan juga, sebagai penguasa Wu (dan seantero Tiongkok pada zaman itu) yang paling makmur di antara yang lainnya, saya berharap wajahnya sedikit bulat, punya janggut warna merah seperti yang dideskripsikan tentang Sun Quan.




Satu hal yang selalu muncul dalam kepalaku setiap kali wajah Sun Ce muncul di film ... "bisa gak sih cari aktor yang lebih garang dikit??". Sha Yi punya tampang yang mendekati malaikat.

Wang Peng as .... oh you know who he is. Take a guess.

Ini adalah Wang Peng. Dari situasi fisikalnya, kita sudah bisa menebak dia memerankan siapa. Eh, tapi gini2 istrinya itu Xing Cai loh!








Terakhir nih ... terakhir ... special appearance. Konon di film ini gak ada Guan Suo. Adanya Guan Xing. Tapi uniknya, nama pemeran Guan Xing, adalah Wei Zhi. Nama yang punya phonetik sama dengan nama style Guan Suo. Tapi ... terima gak sih Guan Xingnya ky gini? ky nyokap gw mukanya! anjir!


[Project] Soaring Phoenix

Judul : Soaring Phoenix
Start : September 2015
Genre : Fantasy, wuxia, san guo, action

Sudah sejak kecil saya dikenalkan dengan dua novel klasik Tiongkok: Water Margin (genso suikoden), dan Romance of Three Kingdoms (San Guo Yan Yi). Yang pertama saya baca adalah Water Margin, karena ada komiknya. San Guo cukup mengerikan untuk kubaca (dari kovernya) dan tidak menarik saat itu, karena kovernya terkesan kaku; cuma gambar seorang pria bermuka merah didampingi dua orang lelaki di kanan kiri. Dibandingkan kover Water Margin yang gambarnya Wu Sung sedang membunuh seekor harimau malang di gunung, jelas Water Margin lebih menarik untuk bocah 10 tahun.

Tapi memasuki masa SMA, saya iseng mengambil buku San Guo entah yang ke berapa (mungkin 10), dan di sana ada adegan seorang lelaki dengan dingin memerintahkan anak buahnya untuk membuat bakso sebesar kepala manusia dan melempar semua ke dalam sungai deras sebagai persembahan. Kedengarannya sangat kejam, tapi sesuatu yang mengejutkan terjadi; lelaki berdarah dingin itu berlutut dan menangisi anak buahnya yang gugur. Buat saya ini sangat dramatis dan menarik, maka saya memutuskan untuk membaca novel berwarna merah itu dari buku pertama. Dan dari sanalah awal kecintaan saya terhadap San Guo, filosofi Tiongkok, sampai art of war Tiongkok berawal. Gara-gara San Guo, saya ke perpustakaan untuk mencari buku-buku klasik Tiongkok dan mencatat semua strategi perang klasik itu ke buku catatan khusus sementara anak-anak sebaya di belakang saya bermain internet.

Dan kalau saya ingat kembali, pertama kalinya saya menulis naskah novel adalah berdasarkan San Guo. Ceritanya waktu itu terinspirasi dari Ma Chao yang membalas kematian ayahnya tapi gagal. Rentetan bad ending yang dialami tokoh-tokoh favorit saya di San Guo mendidihkan darah penulis dalam diriku untuk mulai menulis cerita San Guo versiku sendiri. Tapi cerita Ma Chao yang itu, tidak pernah selesai. Karena saya segera menemukan tokoh lain yang lebih menarik untuk dieksplorasi; Guan Suo dan Xing Cai.

Guan Suo adalah anak ketiga dari Guan Yu, dan dikenal juga sebagai anak fiktif. Setelah saya adakan riset di google, saya menemukan bahwa pada masa itu banyak orang yang menggunakan nickname "Guan Suo", dan nama itu juga muncul di dalam novel Water Margin sebagai nickname untuk seorang tokoh yang berprofesi sebagai algojo. Jadi saya pikir, kenapa gak kumainkan saja dia sekarang?

Dari sanalah muncul tokoh Guan Suo, anak ilegal Guan Yu. Walau begitu Guan Suo di sini sama sekali tidak mirip dengan novel Hua Guan Suo (fanfiksi San Guo yang ditulis beberapa ratus tahun lalu), dimana Guan Suo digambarkan sudah menjadi seorang jagoan sejak dia dilahirkan. Pada prinsipnya, Guan Suo dalam fanfiksiku ini menceritakan tentang seorang anak ilegal yang dipaksa hidup bersama ayah kandungnya, kemudian pada saat hubungan antara dia dan ayahnya mulai membaik, Guan Yu harus mati di tangan Lu Meng dan Lu Xun. Nah kemiripan antara ceritaku dengan Hua Guan Suo ada di sini, dimana Guan Suo akan membalas kematian Guan Yu dengan menjadi assassin berambut pendek (rambut pendek menggambarkan pergolakan batinnya sebagai anak ilegal yang tidak diakui) yang seluruh penampilannya menyerupai sang Jendral.

Folktale ditulis cukup lama, (saya agak lupa, tapi mungkin sekitar 2 tahun, atau lebih) dan sempat mengalami jeda yang cukup lama juga. Aslinya cerita itu ditulis di fanfiction.net, tapi berlanjut sampai tamat di Wattpad.com. Pada saat menyelesaikannya, saya merasa sangat puas. Karena itu adalah cerita yang selalu ingin saya ceritakan. Pada saat menulis Folktale, saya selalu ingin agar apa yang saya ceritakan itu dibaca oleh orang banyak, saya ingin banyak orang mengetahui bahwa ada seorang bernama Guan Suo yang mungkin ada di masa lalu, namun seperti yang tertulis di wikipedia : namanya hanya dikenal melalui folktales. Saya sendiri tidak tahu kenapa begitu tertarik dengan karakter ini, padahal cuma muncul di kampanye selatan Zhuge Liang.

Nah, Soaring Phoenix, cerita yang saya tulis sekarang ini adalah cerita yang lebih fantasiah, (mungkin) lebih bermoral, dan lebih baik secara teknik kepenulisan (secara saya yakin, setiap orang pasti bisa berkembang di bidang yang terus ditekuninya). Soaring Phoenix juga ditulis sebagai ralat terhadap kritik-kritik yang diberikan para beta reader terhadap Folktale; rupanya affair dengan permaisuri itu tidak terlalu disukai oleh banyak kalangan.

Tanpa menghilangkan elemen-elemen utama dalam Folktale (bahkan mengambil peristiwa yang mirip), Soaring Phoenix mengisahkan tentang titisan Phoenix Hitam yang lahir untuk menggenapi janji langit terhadap Liu Xuande (Liu Bei). Dikisahkan, Liu Bei sudah putus asa dan patah harapan, kemudian pergi berdoa pada langit sambil berpuasa 40 hari. Langit kemudian mengabulkan permintaannya untuk mengembalikan kejayaan dinasti Han yang dikorupsi oleh banyak pihak seperti Cao Cao, terutama. Janji langit adalah, dia akan memberikan Phoenix Hitam untuk mengabulkan impian Liu Bei. Tapi dengan satu syarat, si Phoenix Hitam harus menjadi pemimpin bagi pasukannya. Masalahnya, Phoenix Hitam itu lahir sebagai seorang wanita, itu berarti dia harus menjadi istri bagi Liu Shan agar dia memiliki kuasa sebagai Jendral Permaisuri.

Percintaan antara Guan Suo dan Zhang Jingai lebih didewasakan dan lebih disopankan. Saya sangat tertarik untuk menulis hubungan dengan chemistry kuat antara dua orang yang tidak pernah memproklamirkan hubungan mereka sebagai hubungan romantik. Dengan kata lain, hubungan gantung tapi obvious. Saya berencana untuk menerbitkan buku ini, dan berharap cerita ini bisa dinikmati khalangan luas.

Berikut adalah chapter 3 dari Soaring Phoenix.

Writer's Block : COTAS - Einherjar

Writer block itu tidak pernah menyenangkan. Akhirnya COTAS-Einherjar yang kumulai sejak sekitar pertengahan 2014 itu akan selesai 2 chapter lagi sekarang. Tapi sepertinya ada rasa tidak puas dari keseluruhan skrip dan ada sesuatu yang aneh yang membuatku ga bisa lanjut. Salah seorang beta reader bilang, terlalu banyak gaiden (side story). Mungkin dia benar, karena aku sendiri merasakan kalau mungkin ceritanya terlalu showing.

Maksudku, ada beberapa term dalam realm yang mau kujelaskan melalui side story (terutama side storynya Jacques dan Caesar). Seperti gambaran tentang apa itu arus jiwa-jiwa, misalnya. Aku juga menjelaskan kenapa Hoffenburg bisa beku dan seseorang menciptakan Einherjar. Tapi sepertinya semua terlalu banyak dan panjang sehingga berpotensi membuat para beta reader tersebut kewalahan mengikuti ceritanya.

Mungkin beberapa side story akan kuhapus saja, dan background cerita Hoffenburg diselipkan di tengah-tengah cerita biar gak terkesan ujug2.

Pada saat pusing seperti ini, muncul ide baru cerita wuxia. Cerita remake dari Dynasty Warriors fanfic yang kutulis beberapa waktu silam berjudul "folktale". Cuma, diremake ini mengambil point of viewnya Zhang Jingai (Xing Cai). Mungkin ini bisa jadi proyek retreat dulu sebelum mulai lagi mengedit dan melanjutkan Einherjar. Yang pasti, targetku "menerbitkan novel sebelum usia kepala 3" harus segera tercapai dalam waktu dekat!