Tuesday, September 22, 2015

[Project] Soaring Phoenix

Judul : Soaring Phoenix
Start : September 2015
Genre : Fantasy, wuxia, san guo, action

Sudah sejak kecil saya dikenalkan dengan dua novel klasik Tiongkok: Water Margin (genso suikoden), dan Romance of Three Kingdoms (San Guo Yan Yi). Yang pertama saya baca adalah Water Margin, karena ada komiknya. San Guo cukup mengerikan untuk kubaca (dari kovernya) dan tidak menarik saat itu, karena kovernya terkesan kaku; cuma gambar seorang pria bermuka merah didampingi dua orang lelaki di kanan kiri. Dibandingkan kover Water Margin yang gambarnya Wu Sung sedang membunuh seekor harimau malang di gunung, jelas Water Margin lebih menarik untuk bocah 10 tahun.

Tapi memasuki masa SMA, saya iseng mengambil buku San Guo entah yang ke berapa (mungkin 10), dan di sana ada adegan seorang lelaki dengan dingin memerintahkan anak buahnya untuk membuat bakso sebesar kepala manusia dan melempar semua ke dalam sungai deras sebagai persembahan. Kedengarannya sangat kejam, tapi sesuatu yang mengejutkan terjadi; lelaki berdarah dingin itu berlutut dan menangisi anak buahnya yang gugur. Buat saya ini sangat dramatis dan menarik, maka saya memutuskan untuk membaca novel berwarna merah itu dari buku pertama. Dan dari sanalah awal kecintaan saya terhadap San Guo, filosofi Tiongkok, sampai art of war Tiongkok berawal. Gara-gara San Guo, saya ke perpustakaan untuk mencari buku-buku klasik Tiongkok dan mencatat semua strategi perang klasik itu ke buku catatan khusus sementara anak-anak sebaya di belakang saya bermain internet.

Dan kalau saya ingat kembali, pertama kalinya saya menulis naskah novel adalah berdasarkan San Guo. Ceritanya waktu itu terinspirasi dari Ma Chao yang membalas kematian ayahnya tapi gagal. Rentetan bad ending yang dialami tokoh-tokoh favorit saya di San Guo mendidihkan darah penulis dalam diriku untuk mulai menulis cerita San Guo versiku sendiri. Tapi cerita Ma Chao yang itu, tidak pernah selesai. Karena saya segera menemukan tokoh lain yang lebih menarik untuk dieksplorasi; Guan Suo dan Xing Cai.

Guan Suo adalah anak ketiga dari Guan Yu, dan dikenal juga sebagai anak fiktif. Setelah saya adakan riset di google, saya menemukan bahwa pada masa itu banyak orang yang menggunakan nickname "Guan Suo", dan nama itu juga muncul di dalam novel Water Margin sebagai nickname untuk seorang tokoh yang berprofesi sebagai algojo. Jadi saya pikir, kenapa gak kumainkan saja dia sekarang?

Dari sanalah muncul tokoh Guan Suo, anak ilegal Guan Yu. Walau begitu Guan Suo di sini sama sekali tidak mirip dengan novel Hua Guan Suo (fanfiksi San Guo yang ditulis beberapa ratus tahun lalu), dimana Guan Suo digambarkan sudah menjadi seorang jagoan sejak dia dilahirkan. Pada prinsipnya, Guan Suo dalam fanfiksiku ini menceritakan tentang seorang anak ilegal yang dipaksa hidup bersama ayah kandungnya, kemudian pada saat hubungan antara dia dan ayahnya mulai membaik, Guan Yu harus mati di tangan Lu Meng dan Lu Xun. Nah kemiripan antara ceritaku dengan Hua Guan Suo ada di sini, dimana Guan Suo akan membalas kematian Guan Yu dengan menjadi assassin berambut pendek (rambut pendek menggambarkan pergolakan batinnya sebagai anak ilegal yang tidak diakui) yang seluruh penampilannya menyerupai sang Jendral.

Folktale ditulis cukup lama, (saya agak lupa, tapi mungkin sekitar 2 tahun, atau lebih) dan sempat mengalami jeda yang cukup lama juga. Aslinya cerita itu ditulis di fanfiction.net, tapi berlanjut sampai tamat di Wattpad.com. Pada saat menyelesaikannya, saya merasa sangat puas. Karena itu adalah cerita yang selalu ingin saya ceritakan. Pada saat menulis Folktale, saya selalu ingin agar apa yang saya ceritakan itu dibaca oleh orang banyak, saya ingin banyak orang mengetahui bahwa ada seorang bernama Guan Suo yang mungkin ada di masa lalu, namun seperti yang tertulis di wikipedia : namanya hanya dikenal melalui folktales. Saya sendiri tidak tahu kenapa begitu tertarik dengan karakter ini, padahal cuma muncul di kampanye selatan Zhuge Liang.

Nah, Soaring Phoenix, cerita yang saya tulis sekarang ini adalah cerita yang lebih fantasiah, (mungkin) lebih bermoral, dan lebih baik secara teknik kepenulisan (secara saya yakin, setiap orang pasti bisa berkembang di bidang yang terus ditekuninya). Soaring Phoenix juga ditulis sebagai ralat terhadap kritik-kritik yang diberikan para beta reader terhadap Folktale; rupanya affair dengan permaisuri itu tidak terlalu disukai oleh banyak kalangan.

Tanpa menghilangkan elemen-elemen utama dalam Folktale (bahkan mengambil peristiwa yang mirip), Soaring Phoenix mengisahkan tentang titisan Phoenix Hitam yang lahir untuk menggenapi janji langit terhadap Liu Xuande (Liu Bei). Dikisahkan, Liu Bei sudah putus asa dan patah harapan, kemudian pergi berdoa pada langit sambil berpuasa 40 hari. Langit kemudian mengabulkan permintaannya untuk mengembalikan kejayaan dinasti Han yang dikorupsi oleh banyak pihak seperti Cao Cao, terutama. Janji langit adalah, dia akan memberikan Phoenix Hitam untuk mengabulkan impian Liu Bei. Tapi dengan satu syarat, si Phoenix Hitam harus menjadi pemimpin bagi pasukannya. Masalahnya, Phoenix Hitam itu lahir sebagai seorang wanita, itu berarti dia harus menjadi istri bagi Liu Shan agar dia memiliki kuasa sebagai Jendral Permaisuri.

Percintaan antara Guan Suo dan Zhang Jingai lebih didewasakan dan lebih disopankan. Saya sangat tertarik untuk menulis hubungan dengan chemistry kuat antara dua orang yang tidak pernah memproklamirkan hubungan mereka sebagai hubungan romantik. Dengan kata lain, hubungan gantung tapi obvious. Saya berencana untuk menerbitkan buku ini, dan berharap cerita ini bisa dinikmati khalangan luas.

Berikut adalah chapter 3 dari Soaring Phoenix.

No comments:

Post a Comment